GUDANG NARASI – Sebuah rekaman video dari kamera pemantau atau CCTV yang memperlihatkan dugaan tindakan kekerasan oleh seorang pejabat tinggi Bea Cukai terhadap salah satu bawahannya, viral dan tersebar luas di media sosial serta aplikasi pesan instan. Video tersebut memicu respons keras dari publik, sejumlah catatan media lokal, hingga klarifikasi resmi dari instansi terkait.
Video berdurasi singkat itu memperlihatkan seorang pemimpin kantor tampak melakukan kontak fisik terhadap pegawai penyidik di dalam ruangan kantor Bea Cukai Batam. Dugaan ini langsung memicu kecaman netizen dan pertanyaan serius mengenai budaya kerja, disiplin internal, serta profesionalisme aparat yang sejatinya bertugas mengawasi kepabeanan dan cukai.
Menanggapi beredarnya video tersebut, Bea Cukai Batam dengan tegas membantah bahwa kejadian yang terekam CCTV adalah bentuk penganiayaan. Dalam klarifikasi resminya, institusi menyatakan bahwa apa yang terlihat dalam rekaman tersebut bukan tindakan kekerasan, melainkan bentuk pembinaan pimpinan kepada pegawai dalam konteks kedinasan.
Menurut pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Batam, Evi Oktavian, peristiwa itu terjadi pada Rabu, 27 November 2025, sekitar pukul 09.00 WIB di ruang rapat lantai 3 Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Batam. Saat itu, sedang berlangsung pemeriksaan internal terhadap kasus tertentu dan proses tersebut dilakukan secara marathon dalam suasana kerja yang sangat penuh tekanan.
Evi menjelaskan bahwa Kepala Kantor merasa perlu memberikan arahan langsung kepada jajaran yang sedang bertugas, namun salah seorang pegawai yang bersangkutan tidak merespons sesuai dengan arahan yang diberikan. Karena itu, teguran keras dilakukan oleh atasan sebagai bagian dari upaya menegakkan disiplin kerja di tengah situasi yang menuntut.
“Tidak ada tindakan kekerasan atau penganiayaan sebagaimana yang berkembang di media sosial. Apa yang terjadi adalah bentuk pembinaan pimpinan kepada pegawai agar tugas dapat berjalan sesuai ketentuan,” ujar Evi dalam keterangan yang kemudian disebarluaskan kepada publik.
Pernyataan ini juga ditegaskan oleh klarifikasi tambahan yang disebar melalui berbagai media lokal, menegaskan bahwa insiden tersebut telah ditangani secara internal dan tidak mengandung unsur tindak pidana kekerasan. Instansi bahkan mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi hanya dari potongan video yang beredar tanpa melihat konteks lengkap kejadian.
Namun demikian, meskipun Bea Cukai Batam telah memberikan klarifikasi, viralnya rekaman CCTV itu tetap menjadi sorotan publik. Banyak netizen mempertanyakan bahwa tindakan fisik dalam bentuk apa pun di lingkungan kerja pemerintahan harus dijelaskan secara transparan, dengan mengedepankan prinsip profesionalisme, rasa hormat kepada pegawai, serta norma hukum yang berlaku.
Selain itu, publik juga membandingkan kasus ini dengan isu-isu lain yang kerap menyeret Bea Cukai dalam pemberitaan belakangan ini. Bea Cukai, terutama di Batam, dikenal sebagai satuan kerja yang memiliki peran penting dalam pengawasan barang impor dan ekspor, penanganan penyelundupan, serta penegakan hukum kepabeanan di salah satu pintu gerbang utama pelayaran internasional Indonesia.
Beberapa waktu lalu, misalnya, Bea Cukai Batam mencatat penindakan terhadap masuknya barang bekas ilegal melalui modus barang penumpang, serta menyita puluhan koli pakaian bekas yang berusaha masuk tanpa memenuhi ketentuan bea masuk dan cukai. Hal ini menunjukkan intensitas kerja yang tinggi di lingkungan Bea Cukai Batam, meskipun publik tetap menilai pentingnya tata kelola internal yang kuat dan bebas dari praktik yang merugikan reputasi institusi.
Isu budaya kerja dan profesionalisme aparatur juga menjadi sorotan di tingkat nasional. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya telah menyatakan komitmennya untuk memperbaiki citra dan kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) secara menyeluruh. Dalam beberapa kesempatan, ia menyinggung perlunya pembenahan struktural dan peningkatan akuntabilitas pegawai sebagai bagian dari tugasnya memimpin reforma birokrasi di instansi itu. Bahkan sempat disebut upaya reformasi yang tegas termasuk ancaman restrukturisasi besar-besaran bagi pegawai yang tidak menunjukkan kinerja dan integritas yang baik.
Dengan konteks seperti itu, publik kini menunggu tahapan lanjutan terkait video CCTV yang viral ini. Apakah akan ada penyelidikan independen, klarifikasi lebih lengkap dari manajemen Bea Cukai ataupun pihak terkait lainnya, atau justru proses hukum yang ditempuh oleh pihak yang merasa dirugikan. Kasus ini dengan cepat memperlihatkan bagaimana dinamika internal sebuah lembaga pemerintahan bisa menjadi konsumsi publik dan menimbulkan debat mengenai tata kelola organisasi, disiplin kerja, dan perlindungan hak pegawai.
Hingga berita ini dirilis, pihak Bea Cukai Batam menyatakan tidak ada unsur kekerasan dalam insiden tersebut, menyebutnya sebagai pembinaan pimpinan kepada pegawai, sekaligus meminta masyarakat mencermati informasi secara utuh dan tidak terprovokasi oleh potongan video yang beredar.










