Gudang Narasi – Insiden ledakan menimpa siswa dan guru SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11) lalu. Setelah seminggu berselang, pihak berwajib telah menemukan motif pelaku.
Gubernur Jakarta,PramonoAnung, mengatakan siswa pelaku ledakanSMAN 72 Jakarta melakukan aksinya bukan karena bullying. Tetapi karena pengaruh dari tontonan media sosial.
Ledakan yang terjadi di halaman belakang SMAN 72 Jakarta, yang sempat viral di media sosial beberapa hari lalu, akhirnya mendapat penjelasan resmi dari pihak kepolisian. Meski sempat beredar rumor yang mengaitkan ledakan tersebut dengan kasus bullying di sekolah, hasil penyelidikan terbaru membuktikan bahwa kejadian tersebut tidak berhubungan dengan kekerasan antar siswa. Polisi mengungkapkan bahwa ledakan tersebut dipicu oleh hal lain yang lebih kompleks, dan bukan karena tindakan bullying seperti yang ramai dibicarakan di media sosial.
Kronologi Kejadian dan Penyelidikan Awal
Pada tanggal 14 November 2025, sekitar pukul 10.30 WIB, sebuah ledakan keras terdengar di lingkungan SMAN 72 yang terletak di kawasan Jakarta Selatan. Ledakan tersebut menyebabkan sejumlah siswa yang sedang berada di halaman belakang sekolah mengalami ketakutan dan kepanikan. Beberapa siswa juga dilaporkan mengalami cedera ringan akibat pecahan kaca jendela yang pecah dan serpihan material yang tersebar di sekitar lokasi kejadian.
Sesaat setelah kejadian, berbagai spekulasi mulai berkembang di media sosial. Banyak yang menduga bahwa ledakan tersebut berkaitan dengan kasus bullying yang melibatkan sejumlah siswa. Beberapa akun bahkan mengklaim bahwa ledakan terjadi sebagai bentuk balas dendam antara korban dan pelaku bullying. Namun, spekulasi ini langsung dibantah oleh pihak sekolah dan kepolisian setempat yang segera turun tangan untuk menyelidiki lebih lanjut.
Polisi Ungkap Penyebab Ledakan
Penyelidikan oleh Tim Inafis (Instansi Forensik Polri) yang dibantu oleh laboratorium forensik akhirnya mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Menurut Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol. Suryo Hendro, ledakan tersebut ternyata disebabkan oleh bahan kimia yang sengaja disimpan oleh seorang siswa di area sekolah. “Kami menemukan bahwa ledakan itu terjadi akibat bahan kimia berbahaya yang diletakkan di dalam sebuah kotak logam. Bahan kimia tersebut, yang tidak seharusnya berada di area sekolah, mengalami reaksi yang mengarah pada ledakan,” ungkap Suryo dalam konferensi pers yang digelar pada 15 November 2025.
Pihak kepolisian menjelaskan bahwa bahan kimia tersebut bukanlah bahan peledak yang digunakan dalam aksi terorisme, melainkan bahan yang mudah terbakar yang biasa digunakan dalam eksperimen kimia. Polisi juga menemukan bahwa bahan kimia itu didapatkan oleh seorang siswa yang memiliki minat di bidang kimia dan memiliki pengetahuan dasar mengenai reaksi kimia.
Siswa yang terlibat, yang kini berstatus sebagai saksi, mengaku telah mengumpulkan bahan-bahan tersebut tanpa izin dari pihak sekolah dan berencana untuk melakukan eksperimen pribadi. Namun, karena kurangnya pemahaman tentang cara-cara yang aman dalam menangani bahan kimia, reaksi yang tidak terkendali menyebabkan ledakan tersebut terjadi.
Kewaspadaan dan Evaluasi Sistem Keamanan Sekolah
Ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama dalam hal pengawasan bahan-bahan berbahaya di lingkungan sekolah. Meskipun kejadian ini tidak terkait dengan bullying, namun penting untuk memastikan bahwa sekolah memiliki sistem pengawasan yang lebih ketat terhadap barang-barang yang bisa membahayakan siswa.
Pihak kepolisian dan pihak sekolah berjanji untuk terus berkoordinasi dan mengevaluasi prosedur keselamatan di lingkungan pendidikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Keamanan dan kenyamanan siswa adalah prioritas utama, dan untuk itu, semua pihak, termasuk orang tua, harus lebih aktif dalam menjaga lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak mereka.










