GUDANG NARASI – Kasus hilangnya dan tewasnya bocah berusia 6 tahun, Alvaro Kiano Nugroho, telah menyita perhatian publik selama berbulan-bulan. Kini, misteri di balik hilangnya Alvaro sejak 6 Maret 2025 akhirnya terkuak dengan fakta pahit: bocah tersebut ditemukan tewas dalam kondisi kerangka, dan pelakunya diduga sangat dekat dengannya ayah tiri. Motif yang mulai muncul dari penyelidikan polisi adalah dendam, yang disampaikan pelaku melalui pesan digital sebelum peristiwa tragis.
Kronologi Kejadian
Alvaro terakhir terlihat di Masjid Jami Al-Muflihun, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, saat hendak salat Magrib. Ia rutin ke masjid dekat rumah, hingga suatu sore ia pergi seperti biasa, namun tidak pernah kembali. Keluarga mulai khawatir ketika malam menjelang, dan pada tanggal 7 Maret, laporan hilang resmi dibuat ke Polsek Pesanggrahan.
Selama delapan bulan berikutnya, polisi dan keluarga terus mencari jejak Alvaro. Namun, tantangan besar muncul: rekaman CCTV di sekitar lokasi tempat Alvaro terakhir terlihat tidak disimpan dalam jangka panjang sehingga banyak rekaman penting terhapus.
Saksi penting selama penyelidikan adalah seorang marbot masjid. Menurut kesaksiannya, ada seorang pria yang datang ke masjid dan bertanya tentang Alvaro. Sosok tersebut mirip ayah Alvaro. Hal ini menimbulkan dugaan awal bahwa pelaku penculikan mungkin seseorang yang sangat dekat dengan keluarga.
Penemuan Kerangka dan Penetapan Tersangka
Pada 23 November 2025, tim kepolisian menemukan kerangka manusia yang diyakini sebagai Alvaro. Kapolres Metro Jakarta Selatan mengonfirmasi penangkapan seorang tersangka dalam kasus ini. Identitas kerangka tersebut belum sepenuhnya dipastikan secara ilmiah: polisi menyatakan bahwa pemeriksaan DNA dan analisis dari Laboratorium Forensik (Labfor) masih berlangsung. Pelaku yang telah ditahan adalah ayah tiri Alvaro, bernama Alex Iskandar. Polisi menyimpulkan bahwa ada motif emosional di balik penculikan dan pembunuhan ini, terutama dendam.
Bukti Digital: Pesan Dendam
Dalam penyidikan, polisi menemukan rekam digital yang mengungkap perasaan Alex sebelum perbuatan tragis itu. Dari ponsel tersangka, penyidik mengekstrak percakapan yang menyatakan kalimat keras bernada marah dan dendam: “Gimana caranya gue balas dendam”. Kalimat tersebut muncul berulang kali.
Kombes Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, menyatakan bahwa pesan-pesan tersebut menjadi petunjuk penting dalam menetapkan Alex sebagai tersangka utama.
Metode Kekerasan dan Penghilangan
Kronologi kekerasan itu semakin jelas saat polisi menjelaskan bagaimana Alvaro dibawa oleh ayah tirinya. Ketika dijemput dari masjid, Alvaro diduga menangis sepanjang perjalanan. Karena tangisannya tak kunjung berhenti, pelaku membekap mulut bocah itu dengan handuk, yang akhirnya menyebabkan kematian.
Setelah korban meninggal, jasad Alvaro dibungkus dengan plastik hitam dan dibuang di wilayah Bogor, tepatnya di bawah Jembatan Cilalay, Desa Singabraja. Menurut pengakuan tersangka, jasad kemudian dipindahkan dan bahkan sempat disimpan di rumah kerabat, sebelum akhirnya diletakkan di lokasi tersembunyi dekat pohon di pinggir sungai.
Reaksi Keluarga dan Publik
Kabar penemuan kerangka Alvaro mengundang kesedihan mendalam dari keluarga, tetangga, dan masyarakat. Nenek Alvaro, Sayem (53), menyatakan keterkejutannya ketika mendengar kabar tragis tersebut. Sementara itu, kakek Alvaro, Tugimin, menyampaikan bahwa keluarganya merasa sangat terpukul dan belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan pahit ini.
Publik pun bereaksi kuat terhadap kasus ini. Penemuan bahwa pelaku adalah sosok ayah tiri menambah dimensi kesedihan sekaligus kemarahan; banyak yang menyoroti pentingnya proteksi dan pengawasan terhadap anak-anak, terutama dalam lingkungan keluarga.
Tantangan Penyelidikan
Polisi menghadapi berbagai kendala dalam mengungkap fakta-fakta. Seperti disebutkan sebelumnya, hilangnya rekaman CCTV menjadi hambatan besar. Selain itu, otoritas masih mendalami keterlibatan pihak lain: apakah Alex bertindak sendirian, atau ada konspirasi lain di balik penculikan dan pembunuhan ini.
Tim forensik masih menunggu hasil uji DNA untuk memastikan identitas kerangka. Sampai saat ini, proses ini menjadi kunci untuk menyelesaikan penyidikan dan memberikan keadilan bagi Alvaro dan keluarganya.










