GUDANG NARASI – Jaringan internet global kembali terguncang setelah Cloudflare, penyedia Content Delivery Network (CDN) dan layanan keamanan siber yang sangat penting, mengalami gangguan teknis. Gangguan yang terjadi pada Jumat pagi waktu setempat ini secara langsung memengaruhi akses ke berbagai platform kerja, kolaborasi, dan desain yang sangat diandalkan, seperti Canva, Zoom, dan LinkedIn.
Laporan mengenai “halaman kosong” atau pesan kesalahan “500 Internal Server Error” mulai membanjiri platform pemantauan layanan seperti Downdetector, bahkan Downdetector sendiri sempat terpengaruh oleh insiden ini. Pengguna di seluruh dunia mulai dari profesional yang mencoba menghadiri rapat penting via Zoom, desainer yang sedang mengerjakan proyek di Canva, hingga pencari kerja yang mengakses LinkedIn dibiarkan frustrasi akibat akses yang terputus total.
Kronologi dan Dampak Cepat
Menurut laporan resmi dari Cloudflare, gangguan ini dimulai menjelang pagi hari dan dengan cepat meluas. Perusahaan tersebut mengonfirmasi bahwa mereka sedang “menyelidiki masalah dengan Cloudflare Dashboard dan API terkait,” di mana permintaan pengguna untuk mengakses platform yang mengandalkan layanannya mulai gagal.
- Lumpuh Digital: Dampak paling parah dirasakan oleh platform yang sangat bergantung pada layanan perutean dan firewall Cloudflare. Selain Canva, Zoom, dan LinkedIn, situs-situs lain seperti Shopify, Substack, dan sejumlah platform perdagangan saham di India juga dilaporkan mengalami gangguan.
- Durasi Singkat, Kerusakan Luas: Beruntung, insiden kali ini memiliki durasi yang relatif singkat, diperkirakan berlangsung sekitar 20 hingga 30 menit. Cloudflare dengan cepat mengumumkan bahwa perbaikan telah diterapkan dan layanan berangsur-angsur pulih. Namun, meskipun sebentar, pemadaman yang terjadi pada jam kerja puncak ini sempat mengganggu produktivitas bisnis dan aktivitas pribadi secara global.
Penyebab: Bukan Serangan Siber, Tapi Perubahan Internal
Cloudflare memastikan bahwa insiden ini bukan disebabkan oleh serangan siber atau aktivitas berbahaya eksternal.
Sebaliknya, penyebab gangguan teridentifikasi berasal dari perubahan konfigurasi internal yang dilakukan pada logika body parsing di Web Application Firewall (WAF) perusahaan. Perubahan ini dilakukan dalam upaya untuk mendeteksi dan memitigasi kerentanan keamanan yang lebih luas di tingkat industri, khususnya terkait dengan React Server Components.
Chief Technology Officer Cloudflare, Dane Knecht, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka.
“Setiap pemadaman pada sistem kami tidak dapat diterima, dan kami tahu kami kembali mengecewakan internet setelah insiden pada 18 November,” ujarnya, merujuk pada pemadaman besar sebelumnya yang juga melumpuhkan layanan besar seperti ChatGPT dan X (Twitter).
Sentralisasi Infrastruktur: Sebuah Alarm Baru
Kejadian yang berdekatan ini kembali menyalakan perdebatan di kalangan pakar teknologi dan regulator mengenai “risiko konsentrasi” (concentration risk) pada infrastruktur internet.
Banyak layanan daring utama mulai dari e-commerce hingga aplikasi kolaborasi kantor mengandalkan segelintir penyedia infrastruktur besar seperti Cloudflare dan Amazon Web Services (AWS). Ketika salah satu penyedia utama ini gagal, gelombang kejutnya langsung melumpuhkan bagian internet yang sangat besar secara serempak.
Steven Murdoch, seorang profesor ilmu komputer dari University College London, menyatakan bahwa insiden berulang ini akan memicu pertanyaan serius dari perusahaan-perusahaan klien.
“Orang-orang akan mulai bertanya sekarang karena telah terjadi dua pemadaman dalam waktu singkat,” katanya, menggarisbawahi pentingnya keandalan layanan, yang merupakan klaim utama Cloudflare.
Cloudflare sendiri berjanji untuk menerbitkan laporan detail minggu depan mengenai langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk mencegah terulangnya insiden serupa, dengan fokus pada pencegahan agar satu pembaruan konfigurasi tidak menyebabkan dampak yang meluas.










