Gudang Narasi

Gudang Narasi Indonesia

Jam Pulang Kerja & Hujan: Semanggi Macet Parah, Lalin Jakarta Lumpuh

Jam Pulang Kerja & Hujan Semanggi Macet Parah, Lalin Jakarta Lumpuh

GUDANG NARASI – Warga Ibu Kota kembali harus menghadapi ujian kesabaran di jalan raya. Malam ini, Senin (18/11/2025), kawasan Simpang Susun Semanggi, yang merupakan salah satu bottleneck terpenting di Jakarta, mengalami kemacetan parah dan panjang yang luar biasa. Kombinasi sempurna antara puncak jam pulang kantor dan sisa-sisa genangan air pascahujan deras yang baru saja mereda telah menciptakan kelumpuhan lalu lintas yang mencekik selama berjam-jam.

Laporan dari lapangan dan data traffic monitoring Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa antrean kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, telah mengular hingga beberapa kilometer, memengaruhi jalur-jalur utama di sekitarnya, termasuk Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Thamrin.

Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Adhi Nugraha, mengakui bahwa situasi lalu lintas di kawasan Semanggi dan sekitarnya berada dalam kondisi kritis. “Kemacetan mulai terasa sejak pukul 17.00 WIB dan semakin memburuk setelah pukul 18.30 WIB. Faktor utamanya adalah tingginya volume kendaraan di jam pulang kantor yang bertemu dengan sisa genangan air dan kepadatan di pintu masuk tol,” jelas Kompol Adhi dalam keterangannya.

Faktor-Faktor Penyebab Kelumpuhan

Kemacetan di Semanggi malam ini bukan hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan akumulasi dari beberapa masalah yang saling memperparah:

1. Puncak Jam Pulang Kerja (Volume Kendaraan Tinggi)

Seperti biasa, Semanggi menjadi titik temu dari kendaraan yang bergerak dari arah Utara (Thamrin-Sudirman) menuju Selatan (Kebayoran-Blok M) dan Timur-Barat (Gatot Subroto). Pada jam 17.00 hingga 19.30 WIB, volume kendaraan mencapai puncaknya. Setiap delay kecil di persimpangan akan menyebabkan shockwave kemacetan yang merambat jauh.

2. Hujan Deras dan Sisa Genangan

Sebelum jam pulang kantor, Jakarta diguyur hujan deras selama kurang lebih dua jam. Meskipun hujan telah berhenti, sejumlah genangan air masih bertahan di beberapa titik di jalur lambat Jalan Gatot Subroto dan area kolong Semanggi. Sisa genangan ini memaksa pengendara mengurangi kecepatan secara drastis, sehingga mengurangi kapasitas jalan yang tersedia.

3. Bottle Neck di Pintu Masuk Tol

Kemacetan diperparah oleh antrean panjang kendaraan yang ingin masuk ke Tol Dalam Kota di kawasan Semanggi. Peningkatan volume kendaraan yang berebut masuk ke jalur tol menimbulkan penumpukan (bottleneck) yang menyumbat jalur utama non-tol di Jalan Gatot Subroto.

4. Keterlambatan Lampu Lalu Lintas

Dampak dari genangan dan penumpukan kendaraan menyebabkan petugas harus melakukan rekayasa lalu lintas secara manual. Keterlambatan atau perubahan ritme lampu lalu lintas di persimpangan-persimpangan kecil sekitar Semanggi (seperti di Bendungan Hilir atau kawasan Senayan) juga turut memperlambat laju kendaraan.

Reaksi dan Penderitaan Pengendara

Para pengguna jalan mengungkapkan rasa frustrasi yang mendalam. Waktu tempuh yang biasanya hanya 15-20 menit untuk melewati kawasan Semanggi kini membengkak menjadi lebih dari satu jam.

“Saya berangkat dari Kuningan menuju Kebayoran Lama. Biasanya lewat Semanggi tidak separah ini. Hari ini benar-benar tidak bergerak, sudah satu jam lebih mobil saya hanya maju beberapa meter saja,” keluh Taufik (40), seorang pegawai swasta, yang terjebak di jalur lambat Jalan Gatot Subroto.

Di platform media sosial, kata kunci “Semanggi” dan “Macet Jakarta” menduduki posisi teratas. Banyak pengguna X membagikan foto dan video kondisi lalu lintas yang nyaris diam, dengan nada mengeluhkan manajemen banjir dan lalu lintas di Ibu Kota.

Upaya Penanganan dari Kepolisian dan Dishub

Menyikapi situasi kritis ini, Kompol Adhi menyatakan bahwa pihak kepolisian telah mengerahkan personel tambahan dari Satuan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Turjawali) untuk turun langsung ke titik-titik kemacetan.

“Kami fokus pada penguraian simpul-simpul kemacetan, terutama di pintu tol dan persimpangan. Kami juga meminta bantuan Dinas Perhubungan (Dishub) untuk mengoptimalkan siklus lampu lalu lintas di sekitar area terdampak,” ujarnya.

Dishub DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk bersabar dan mencari rute alternatif, terutama melalui jalur-jalur non-protokol seperti Jalan Sudirman underpass atau jalur-jalur kecil di Kuningan, meskipun jalur-jalur tersebut juga dilaporkan mengalami peningkatan kepadatan.

Pakar Transportasi Publik, Dr. Siti Nuraini, menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera meninjau ulang sistem drainase di kawasan vital seperti Semanggi. “Masalah genangan pascahujan adalah masalah klasik yang selalu menjadi katalisator kemacetan. Jika sistem drainase tidak diperbaiki, solusi rekayasa lalu lintas hanya bersifat sementara,” tegasnya.

Situasi kemacetan di Semanggi diperkirakan akan membaik secara perlahan menjelang tengah malam seiring dengan berkurangnya volume kendaraan. Namun, insiden malam ini kembali menjadi pengingat pahit bagi Pemerintah DKI Jakarta akan perlunya solusi jangka panjang yang terintegrasi untuk mengatasi banjir dan kemacetan secara simultan.