Gudang Narasi

Gudang Narasi Indonesia

Gempa M 7,5 Jepang Utara: Pantauan Udara Ungkap Kerusakan Jalan & Bandara, 30+ Orang Terluka

Gempa M 7,5 Jepang Utara Pantauan Udara Ungkap Kerusakan Jalan & Bandara, 30+ Orang Terluka

GUDANG NARASI – Gempa bumi kuat dengan magnitudo (M) 7,5 yang mengguncang perairan lepas pantai utara Jepang pada Senin malam waktu setempat (8/12/2025) telah menyebabkan sedikitnya 30 hingga 34 orang terluka dan memicu kekhawatiran akan dampak kerusakan infrastruktur yang lebih luas. Sementara otoritas setempat bergerak cepat untuk menangani korban, laporan awal dari pantauan udara mengungkapkan gambaran yang lebih jelas mengenai kerusakan signifikan pada jalur transportasi dan fasilitas publik di Prefektur Aomori dan sekitarnya.

Pengerahan Helikopter dan Tinjauan Kerusakan Infrastruktur

Menanggapi bencana ini, Pemerintah Jepang segera mengerahkan satuan tugas darurat. Salah satu langkah cepat yang dilakukan adalah mobilisasi helikopter Angkatan Pertahanan Diri (SDF) untuk melakukan penilaian kerusakan dari udara. Laporan pantauan udara yang dihimpun oleh tim penanggulangan bencana memberikan fokus utama pada kondisi jalur transportasi vital, termasuk jalan raya, jalur kereta api, dan fasilitas bandara.

Hasil pantauan udara menunjukkan adanya kerusakan parah pada beberapa ruas jalan raya di kota-kota yang berdekatan dengan pusat gempa, terutama di wilayah Aomori. Gambar-gambar dari udara memperlihatkan keretakan besar yang melintasi badan jalan, bahkan di beberapa titik, menyebabkan sebagian jalan ambles atau runtuh total. Sebuah foto udara yang beredar menyoroti sebuah kendaraan yang terperosok di jalan yang rusak parah di kota Tohoku, Prefektur Aomori, menggarisbawahi dampak langsung gempa terhadap jaringan darat. Kerusakan ini tidak hanya menghambat upaya penyelamatan dan distribusi bantuan, tetapi juga memaksa ribuan warga untuk menunda kepulangan mereka.

Dampak pada Transportasi Massal dan Fasilitas Publik

Sektor transportasi massal juga mengalami dampak serius. Meskipun layanan kereta cepat Shinkansen Jalur Utama Tohoku sempat dihentikan sementara untuk pemeriksaan, laporan awal menyebutkan tidak ada kerusakan besar pada rel kereta, dan layanan mulai dipulihkan. Namun, Bandara New Chitose di Hokkaido melaporkan bagian dari langit-langit terminal domestik retak dan jatuh ke lantai, menjadikannya tidak dapat digunakan untuk sementara waktu. Sekitar 200 penumpang terpaksa terdampar semalaman di bandara tersebut.

Selain jalan dan bandara, pantauan dari udara dan darat juga mengonfirmasi kerusakan pada sejumlah bangunan dan fasilitas publik. Di Kota Hachinohe, Prefektur Aomori, gerbang kuil tradisional (torii) dilaporkan runtuh. Pipa-pipa air yang pecah menyebabkan gangguan pasokan air ke sekitar 1.360 rumah tangga. Meskipun begitu, upaya pemulihan listrik berlangsung cepat, di mana sebagian besar dari 800 rumah yang awalnya gelap gulita telah kembali dialiri listrik pada Selasa pagi.

Korban Luka dan Peringatan Gempa Susulan

Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Jepang (FDMA) mengonfirmasi bahwa jumlah korban luka mencapai antara 30 hingga 34 orang, termasuk satu orang yang dilaporkan menderita luka serius di Hokkaido. Sebagian besar korban terluka karena tertimpa benda jatuh di dalam ruangan atau mengalami insiden kecil akibat guncangan keras. Salah seorang warga di Hashikami, Aomori, Daiki Shimohata (33 tahun), menggambarkan guncangan yang dirasakan selama sekitar 20 detik itu sebagai sesuatu yang “belum pernah dialami sebelumnya,” membangkitkan ingatan akan gempa tahun 2011.

Gempa yang berpusat sekitar 80 kilometer di lepas pantai Aomori ini juga memicu gelombang tsunami, meskipun ukurannya relatif kecil. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat ketinggian tsunami hingga 70 sentimeter di Pelabuhan Kuji di Prefektur Iwate, yang cukup untuk merusak beberapa rakit tiram sebelum peringatan tsunami akhirnya dicabut.

Perdana Menteri Sanae Takaichi telah mendesak masyarakat untuk tetap waspada, terutama terhadap potensi gempa susulan. JMA bahkan mengeluarkan peringatan langka tentang kemungkinan “Megaquake” yang lebih besar di masa depan, mengingat gempa ini memiliki karakteristik yang berbeda dari gempa yang biasa terjadi di wilayah tersebut.

Warga Jepang diimbau untuk mengikuti arahan pemerintah daerah selama seminggu ke depan, memeriksa stabilitas perabotan rumah, dan siap untuk mengevakuasi diri kapan saja. Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo telah memastikan bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang berjumlah sekitar 969 orang di wilayah terdampak yang menjadi korban dalam peristiwa ini.

Situasi Terkini dan Langkah Selanjutnya

Saat ini, fokus utama adalah pada penilaian kerusakan penuh, pemulihan layanan penting, dan kesiapan menghadapi potensi gempa susulan. Pengerahan 18 helikopter pertahanan diri untuk survei udara menandakan betapa pentingnya pemahaman mendalam tentang peta kerusakan, khususnya di daerah terpencil. Data dari pantauan udara ini akan menjadi kunci dalam menyusun rencana rekonstruksi dan mitigasi risiko ke depan, memastikan ketahanan infrastruktur Jepang terhadap ancaman seismik yang berkelanjutan.