Gudang Narasi

Gudang Narasi Indonesia

Meski Yield Turun, Reksa Dana Pendapatan Tetap Justru Jadi Primadona Investor di Pengujung 2025

Meski Yield Turun, Reksa Dana Pendapatan Tetap Justru Jadi Primadona Investor di Pengujung 2025

GUDANG NARASI – Pasar investasi Indonesia menjelang akhir tahun 2025 menunjukkan dinamika menarik, di mana instrumen investasi yang relatif konservatif, yakni Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), justru menjadi primadona bagi investor. Fenomena ini terjadi di tengah tren penurunan yield atau imbal hasil obligasi, khususnya Surat Utang Negara (SUN), yang secara historis menunjukkan hubungan terbalik dengan harga obligasi.

Penurunan yield obligasi yang berkelanjutan, terutama sejak paruh kedua tahun ini, dipandang oleh sejumlah Manajer Investasi (MI) sebagai sinyal positif dan pendorong utama bagi potensi keuntungan RDPT. Berdasarkan data terbaru hingga Oktober 2025, RDPT kembali mencatat pertumbuhan dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) tertinggi di antara jenis reksa dana lainnya, menegaskan posisinya sebagai pilihan investasi yang solid.

Pendorong Utama: Suku Bunga dan Capital Gain

Secara teori, yield obligasi yang menurun mengindikasikan bahwa harga obligasi di pasar sedang mengalami kenaikan. Kenaikan harga obligasi inilah yang menjadi sumber potensi capital gain utama bagi portofolio RDPT.

Direktur PT Insight Investments Management (IIM), Camar Remoa, dalam keterangannya baru-baru ini, menjelaskan bahwa tren penurunan yield SUN yang berlanjut seperti tercatat pada SUN seri acuan tenor 10 tahun yang turun ke level sekitar 6,07% per 31 Oktober 2025 menciptakan lingkungan yang sangat kondusif.

“Dengan adanya tren penurunan suku bunga dan semakin kuatnya indikasi bahwa suku bunga Bank Sentral, baik global maupun domestik, masih berpotensi turun lagi, pasar melihat peluang yang mendorong investor meningkatkan permintaan terhadap obligasi. Hal ini diperkuat oleh demand SUN yang juga sedang tinggi di pasar,” ujar Camar.

Kondisi tersebut didukung oleh beberapa faktor kunci:

  1. Likuiditas Pasar: Masuknya likuiditas besar di pasar obligasi negara selama beberapa bulan terakhir, didorong oleh jatuh tempo SUN dan Surat Berharga Ritel Indonesia (SRBI) yang signifikan.

  2. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga: Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI-Rate) dan ekspektasi pemangkasan Federal Fund Rate (FFR) oleh The Fed di akhir tahun 2025 hingga awal 2026 terus memperkuat sentimen positif di pasar obligasi.

Kinerja Unggul dan Stabilitas

RDPT, yang mayoritas portofolionya ditempatkan pada obligasi (baik pemerintah maupun korporasi) minimal 80%, menawarkan dua sumber keuntungan: pendapatan kupon (bunga) obligasi yang relatif stabil, dan capital gain dari kenaikan harga obligasi. Ketika tren yield obligasi sedang menurun, potensi capital gain inilah yang melesatkan return RDPT.

Data Infovesta Utama per Juli 2025 menunjukkan kinerja RDPT memberikan imbal hasil tertinggi sebesar 4,63% year-to-date (ytd), jauh melampaui jenis reksa dana lainnya. Sejumlah Manajer Investasi bahkan memproyeksikan return RDPT hingga akhir tahun bisa mencapai kisaran 8% hingga 9%.

Pertumbuhan dana kelolaan yang impresif ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi. Per Oktober 2025, total AUM reksa dana nasional telah menembus angka Rp621,6 triliun, di mana kontribusi terbesar datang dari RDPT dengan pertumbuhan AUM mencapai lebih dari 52% secara ytd.

Strategi Manajer Investasi di Tengah Tren

Manajer Investasi memainkan peran krusial dalam memaksimalkan potensi ini. Strategi yang banyak diterapkan adalah dengan berfokus pada:

  • Obligasi Korporasi High Rating: Banyak MI membangun portofolio dengan alokasi besar pada obligasi korporasi dengan rating tinggi. Obligasi korporasi sering menawarkan kupon yang lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah, sekaligus memberikan keseimbangan antara potensi imbal hasil dan risiko.

  • Obligasi Berdurasi Menengah: Pemilihan obligasi dengan durasi menengah diyakini dapat menangkap peluang capital gain secara optimal saat yield bergerak turun, tanpa terlalu terekspos pada fluktuasi ekstrem.

Reksa Dana Sebagai Pilihan Investor Konservatif

Di tengah ketidakpastian global yang masih ada dan fluktuasi pasar saham, instrumen konservatif seperti RDPT menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari keseimbangan antara stabilitas dan potensi imbal hasil.

RDPT menawarkan risiko yang lebih rendah dibandingkan reksa dana saham atau campuran, menjadikannya pilihan ideal bagi investor berprofil risiko moderat atau mereka yang memiliki tujuan keuangan jangka menengah (sekitar 1-3 tahun). Fleksibilitas nominal pembelian yang terjangkau, serta pengelolaan profesional oleh MI, semakin memperkuat daya tariknya di penghujung tahun ini.

Prospek yield yang diproyeksikan masih relatif stabil di angka 6,10%–6,65% hingga akhir 2025 memperkuat pandangan bahwa RDPT akan tetap menjadi “primadona” investasi hingga pergantian tahun. Investor disarankan untuk terus memantau kinerja produk dan melakukan rebalancing secara berkala sesuai dengan profil risiko masing-masing.