GUDANG NARASI – Wali Kota Sabang dan Wali Kota Batam melakukan pertemuan di Jakarta bersama Mentan Amran. Pertemuan yang digelar pagi hari pukul 06.00 WIB itu menghasilkan komitmen dari pemerintah pusat lewat Kementan untuk memberikan solusi permanen guna memperkuat sektor pertanian di kedua wilayah tersebut.
Menurut Amran, Sabang dan Batam termasuk wilayah strategis dan berada di garda terdepan bagi ketahanan pangan dan ekspor nasional. Oleh karena itu, pemerintah pusat menyatakan keseriusannya dalam merespons kebutuhan masyarakat di dua wilayah tersebut.
“Diskusi penuh keakraban, kekeluargaan, dan menghasilkan solusi permanen untuk Sabang dan Batam,” ujar Amran usai pertemuan.
Bantuan Spesifik untuk Sabang dan Batam
Detail dukungan dari Kementan kepada Sabang dan Batam cukup luas dan konkret:
- Untuk wilayah Sabang: bantuan meliputi pengembangan padi gogo, kelapa, dan kakao, serta penyediaan alat mesin pertanian (alsintan) dan pompa untuk mendukung produktivitas.
- Pemerintah pusat bahkan dikabarkan berkoordinasi langsung dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendukung program “desa nelayan merah putih” di Sabang sebagai bagian dari upaya menyinergikan sektor pertanian dan kelautan.
- Untuk wilayah Batam: Kementan mendukung pengembangan hortikultura dan tanaman jagung. Selain itu, disediakan benih hortikultura dengan harapan Batam bisa menjadi penyuplai produk hortikultura untuk ekspor misalnya ke pasar Singapura.
Tak hanya itu, untuk mendongkrak nilai tambah komoditas lokal, Kementan mendukung hilirisasi misalnya mewujudkan industri olahan kakao di Sabang agar ekspor cokelat dan hasil olahan bisa dilakukan langsung dari daerah. Menurut Amran, ini berpotensi meningkatkan nilai tambah hingga 37 kali lipat.
Masalah Impor & Penyelundupan yang Terungkap
Langkah “solusi permanen” ini muncul setelah beberapa temuan impor dan penyelundupan beras serta komoditas pangan lainnya di Sabang dan Batam belakangan ini.
- Di Sabang, sebelumnya ditemukan 250 ton beras impor ilegal.
- Sedangkan di Batam, ditemukan penyelundupan sekitar 40,4 ton beras, beserta gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, susu, produk makanan & barang impor lain di pelabuhan.
Temuan tersebut memicu respon cepat dari Kementan. Melalui rapat virtual dengan Wali Kota Batam pada 25 November 2025, pemerintah pusat segera menindaklanjuti laporan terkait penyelundupan dengan melibatkan aparat keamanan setempat.
Mentan Amran menyatakan bahwa tindakan tegas tersebut bukan hanya soal menindak volume tertentu, tapi menjaga semangat dan masa depan petani Indonesia terutama para petani padi dan komoditas strategis lainnya.
Sabang & Batam Ucap Terima Kasih
Kepada Mentan Amran dan Kementan, dua wali kota menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi tinggi:
- Wali Kota Sabang, Zulkifli H. Adam, menyebut bahwa dukungan dan bantuan pemerintah pusat merupakan berkah bantuan itu langsung bisa disalurkan ke masyarakat. Ia menyampaikan bahwa wilayah Sabang memiliki potensi kakao “A+” yang diminati pembeli dari luar negeri, namun selama ini terkendala bahan baku. Bantuan dari Kementan diharapkan bisa menyelesaikan masalah ini.
- Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menyambut positif inisiatif peningkatan sinergi pusat-daerah. Ia menilai bahwa upaya bersama ini menunjukkan komitmen memajukan pertanian dan ekspor. Pernyataannya menggarisbawahi bahwa semangat “kontribusi untuk negara” turut diperkuat lewat inisiatif ini.
Keduanya menekankan, jika komunikasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah bisa terus berjalan seperti ini maka masa depan pertanian, ketahanan pangan, dan ekspor Indonesia akan semakin kuat.
Ketahanan Pangan dan Ekspor Nasional
Langkah Kementan bukan hanya penting bagi Sabang dan Batam secara lokal namun punya dampak strategis untuk ketahanan pangan dan posisi Indonesia di pasar global. Dengan memperkuat produksi lokal (padi gogo, kakao, kelapa, hortikultura, jagung), menyediakan alat & infrastruktur pertanian, serta mendukung hilirisasi potensi ekspor dan nilai tambah produk pertanian Indonesia bisa meningkat signifikan.
Beberapa poin penting dari kebijakan ini:
- Mencegah penyelundupan dan impor ilegal: Kasus beras impor ilegal di Sabang dan Batam menunjukkan betapa rentannya distribusi pangan jika pengawasan lemah. Respons cepat dan tindakan tegas menunjukkan komitmen menjaga stabilitas pangan nasional.
- Memperkuat basis produksi dan ekspor daerah: Dengan dukungan alsintan, bibit, dan fasilitas, daerah seperti Sabang dan Batam bisa lebih mandiri secara pangan sekaligus meningkatkan daya saing komoditas ekspor.
- Mendorong hilirisasi & industri olahan: Alih-alih hanya mengekspor bahan mentah, industri olahan lokal bisa menambah nilai komoditas (misalnya kakao jadi cokelat), memberi lebih banyak manfaat ekonomi bagi petani dan daerah.
- Menjalin sinergi pusat-daerah: Kolaborasi seperti ini bisa menjadi model bagi daerah lain memadukan aspirasi lokal dengan dukungan pusat untuk mempercepat pembangunan sektor pertanian nasional.
Tantangan & Harapan ke Depan
Namun, tantangan tetap ada. Untuk memastikan solusi permanen bisa benar-benar berdaya, perlu:
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bantuan agar alsintan, bibit, dan program tanam benar-benar sampai ke petani dan masyarakat.
- Pengawasan ketat terhadap potensi penyelundupan dan impor ilegal untuk menjaga stabilitas harga dan keadilan bagi petani.
- Dukungan berkelanjutan bukan sekadar janji saat kunjungan, tetapi juga follow-up, distribusi yang tepat, dan pembinaan jangka panjang.
- Peningkatan kapasitas lokal agar masyarakat lokal, petani, pengolah bisa mengoptimalkan fasilitas dan peluang ekspor yang diberikan.
Jika semua dijalankan dengan baik, kebijakan ini bisa memperkuat ketahanan pangan nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menunjukkan bahwa kebijakan pertanian bisa “holistik” tidak hanya melihat produksi, tapi juga distribusi, industri, serta ekspor.










