GUDANG NARASI – Muzakir Manaf yang akrab disapa “Mualem” resmi menetapkan seluruh provinsi Aceh sebagai wilayah dengan status tanggap darurat bencana. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap meluasnya bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor yang menerjang banyak wilayah dalam beberapa hari terakhir.
Status darurat resmi berlaku selama 14 hari, dari 28 November sampai 11 Desember 2025, dengan harapan penanganan bencana mulai dari evakuasi, distribusi logistik, hingga koordinasi lintas lembaga bisa dijalankan secara lebih cepat dan terstruktur.
Pengumuman ini disampaikan oleh Mualem usai menghadiri rapat paripurna di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), yang membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2026.
Skala Bencana: Banjir & Longsor Menyapu Sebagian Besar Aceh
Bencana kali ini bukan insiden kecil. Curah hujan tinggi disertai angin dan kondisi tanah labil memicu banjir, longsor, serta tanah bergerak di banyak daerah. Menurut data terkini, banjir telah merendam 20 dari total 23 kabupaten/kota di Aceh.
Dampaknya pun sangat luas rumah penduduk, lahan pertanian, jalan utama, jembatan, hingga jaringan listrik terkena imbas. Jalan nasional Banda Aceh–Medan sempat putus karena jembatan ambruk, sehingga akses logistik dan bantuan terhambat.
Warga di banyak daerah terpaksa mengungsi. Ada ribuan jiwa terdampak; ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal atau terpaksa mengungsi sementara.
Korban Jiwa, Pengungsi, dan Dampak Sosial
Situasi ini tidak hanya soal material sudah ada korban jiwa. Berdasarkan laporan awal, sedikitnya 13 hingga 22 orang tewas akibat bencana banjir dan longsor di berbagai daerah Aceh.
Selain itu, ribuan warga kini menjadi pengungsi. Dalam satu laporan disebut lebih dari 20.700 orang mengungsi di tengah kondisi darurat.
Kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, listrik membuat akses layanan dasar dan bantuan darurat makin sulit. Beberapa daerah dilaporkan tersisolasi, menimbulkan kekhawatiran kelaparan, kesehatan, serta kebutuhan mendesak lainnya.
Upaya Penanganan & Mobilisasi Pemerintah
Dengan status “tanggap darurat”, Pemerintah Aceh melalui SKPA terkait mulai menyalurkan bantuan darurat ke berbagai kabupaten/kota terdampak.
Mualem juga meminta dukungan lintas lembaga termasuk Polisi Daerah untuk menyediakan helikopter guna menjangkau wilayah terisolasi dan mempercepat evakuasi serta distribusi bantuan.
Langkah ini dipandang krusial, terutama mengingat banyak daerah terputus akses, sehingga bantuan darurat lewat jalur darat terhambat.
Selain itu, Gubernur menginstruksikan seluruh bupati/walikota di Aceh untuk meningkatkan kesiapsiagaan, memetakan wilayah rawan, aktifkan pos komando tanggap darurat, dan menyiagakan sumber daya lokal aparat, relawan, masyarakat sebagai bagian dari mitigasi bencana jangka panjang.
Kenapa Aceh Rentan Bencana?
Beberapa faktor memunculkan kerentanan Aceh terhadap bencana hidrometeorologi:
- Curah hujan yang sangat tinggi dalam beberapa hari berturut-turut.
- Kondisi geologi dan topografi banyak daerah rawan longsor atau tanah labil.
- Infrastruktur yang melemah: jalan dan jembatan vital mudah rusak akibat arus dan tanah longsor, memperparah dampak ketika bencana datang.
Dengan faktor-faktor tersebut, Aceh menghadapi salah satu krisis bencana terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Apa yang Terjadi Selanjutnya & Implikasi untuk Aceh
Penetapan status tanggap darurat memberi ruang bagi percepatan evakuasi dan bantuan tapi juga menghadirkan tantangan besar:
- Evakuasi dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi: tempat tinggal sementara, makanan, air bersih, kesehatan.
- Pemulihan infrastruktur jalan, jembatan, listrik, jaringan komunikasi agar akses layanan bisa kembali berjalan.
- Mitigasi jangka panjang pemetakan kawasan rawan, pembangunan infrastruktur tahan bencana, sekolah tanggap bencana, mitigasi risiko iklim.
- Koordinasi lintas lembaga & masyarakat antara pemerintah, BPBA, aparat keamanan, relawan, dan warga lokal agar penanganan bisa lebih efektif.
Dalam jangka pendek, keputusan ini diharapkan bisa menyelamatkan banyak nyawa dan meringankan penderitaan ribuan warga. Dalam jangka panjang bila mitigasi dilakukan serius Aceh bisa lebih tangguh terhadap bencana di masa depan.










