GUDANG NARASI – Ikon Jawa Barat, Gedung Sate, kini tengah bertransformasi. Bangunan bersejarah peninggalan era kolonial Belanda tersebut sedang menjalani revitalisasi besar-besaran, khususnya pada area gerbang dan pagar. Perubahan ini menarik perhatian publik karena kini, Gedung Sate tampil dengan wajah baru yang kental akan sentuhan arsitektur dan budaya Sunda, bertujuan untuk memperkuat identitas lokal sebagai kantor pusat pemerintahan Jawa Barat.
Proyek renovasi yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2025 dengan total anggaran mencapai sekitar Rp 3,9 miliar ini, difokuskan pada area facade gedung, terutama gerbang masuk. Struktur pilar-pilar sederhana yang sebelumnya menjadi pagar kini diganti dengan desain yang lebih kokoh dan artistik, mengadopsi konsep Gapura Candi Bentar yang bernuansa bata merah, menyerupai arsitektur Keraton Cirebon.
Sintesis Arsitektur: Menjembatani Kolonial dan Lokal
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat, Adi Komar, menjelaskan bahwa langkah revitalisasi ini adalah upaya untuk menciptakan sintesis arsitektur yang harmonis antara bangunan utama Gedung Sate yang bergaya Indo-Europeeschen architectuur stijl (Indis) dengan identitas budaya lokal.
“Gedung Sate kan sangat kental dengan peninggalan Belanda, nah pagar depannya kini diberikan sentuhan Budaya Sunda untuk mengimbangi dan memperkuat visualisasi identitas kekhasan Jawa Barat,” ujar Adi Komar.
Dari pantauan di lapangan, gerbang baru yang megah ini seolah menyambut pengunjung layaknya gerbang masuk kompleks keraton Sunda kuno. Meskipun warna utama Gedung Sate yang ikonik putih tetap dipertahankan, penambahan ornamen bata merah pada gerbang memberikan kontras yang tegas, menandai upaya Pemprov Jabar untuk menonjolkan nilai-nilai historis dan kultural daerah.
Bukan Hanya Gerbang, Revitalisasi Menyeluruh
Revitalisasi Gedung Sate ternyata tidak hanya berhenti pada gerbang. Anggaran Rp 3,9 miliar tersebut mencakup beberapa item perbaikan infrastruktur lain di lingkungan luar gedung, di antaranya:
-
Area Parkir: Aspal di area parkir Barat dan Timur diganti dengan paving block untuk kerapian visual dan tata kelola area yang lebih teratur.
-
Pilar Lorong Dalam: Pilar-pilar di lorong menuju ruang kerja Gubernur dan area publik internal lainnya akan dihiasi dengan dekorasi tematik berupa hasil bumi (seperti padi), menambah elemen tradisional dan mencerminkan kemakmuran Priangan.
-
Perbaikan Estetika Lain: Beberapa pintu dan pilar lama yang sudah lama tidak direnovasi juga diperkuat kembali.
Adi Komar menekankan bahwa perbaikan ini bertujuan ganda: pertama, sebagai representasi visual yang kuat sebagai ikon Jawa Barat; kedua, untuk memperbaiki infrastruktur yang sempat rusak akibat aktivitas masyarakat, seperti unjuk rasa.
Polemik Publik dan Pendapat Ahli
Perubahan drastis pada wajah Gedung Sate, terutama desain Gapura Candi Bentar, tak luput dari sorotan publik dan menimbulkan polemik di media sosial. Sejumlah netizen menyuarakan pendapat bahwa desain baru tersebut dinilai “kurang nyambung” dengan arsitektur kolonial Gedung Sate.
Menanggapi hal ini, Mantan Gubernur Jawa Barat, yang kini menjadi salah satu tokoh di pemerintahan pusat, Dedi Mulyadi, memastikan bahwa pembangunan ulang pagar Gedung Sate telah melalui proses perencanaan bersama arsitek yang handal.
“Jangan ngikutin netizen. Kita ngikutin arsitek, gitu loh. Kalau ngikutin netizen, enggak akan selesai-selesai, nanti ada banyak versinya,” tegas Dedi Mulyadi. Ia menambahkan, secara historis, ornamen berbentuk candi sebetulnya sudah menjadi bagian dari fasad Gedung Sate sejak awal dibangun lebih dari satu abad yang lalu, sehingga Gapura Candi Bentar ini hanyalah perwujudan tiga dimensi dari elemen arsitektur yang sudah ada.
Sementara itu, pihak Pemprov Jabar memastikan bahwa sebelum pengerjaan, mereka telah melakukan konsultasi dengan Balai Cagar Budaya untuk memastikan bahwa renovasi tidak merusak nilai-nilai sejarah dan status Gedung Sate sebagai Cagar Budaya. Bangunan utama Gedung Sate yang ditetapkan sebagai cagar budaya dipastikan tidak tersentuh renovasi struktural, hanya area luar dan pendukungnya.
Meningkatkan Pelayanan dan Daya Tarik Wisata
Di luar perdebatan desain, Kepala Diskominfo juga menjamin bahwa renovasi ini tidak akan mengganggu layanan publik. Bahkan, perbaikan ini mendukung upaya Pemprov Jabar untuk meningkatkan layanan dan daya tarik Gedung Sate sebagai fasilitas publik.
Dengan wajah baru yang lebih kental nuansa Sunda dan perapian lingkungan, Gedung Sate diharapkan tidak hanya menjadi kantor pemerintahan yang kokoh, tetapi juga menjadi destinasi wisata edukasi yang lebih menarik dan nyaman bagi masyarakat yang ingin menikmati keindahan arsitektur dan menggali sejarah Jawa Barat. Target penyelesaian renovasi area gerbang dan halaman Gedung Sate ini ditetapkan pada Desember 2025.










