GUDANG NARASI – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mencatatkan prestasi gemilang pada kuartal III 2025. Perusahaan sawit ini berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp 310 miliar, naik drastis 130 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Keberhasilan ini didukung oleh kenaikan penjualan dan efisiensi operasional, sekaligus menjadi sinyal positif bagi pemegang saham dan industri perkebunan secara lebih luas.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh UNSP, penjualan perseroan tercatat mencapai Rp 1,87 triliun, tumbuh sekitar 5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kontribusi terbesar berasal dari komoditas kelapa sawit (CPO), dengan nilai penjualan mencapai Rp 1,75 triliun, sedangkan karet menyumbang sekitar Rp 118 miliar.
Laba kotor juga mengalami lonjakan signifikan, naik 28 persen menjadi Rp 576 miliar di kuartal III 2025. Dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien dan operasional yang lebih ramping, laba operasi pun melejit ke Rp 310 miliar.
Tak hanya itu, tolok ukur profitabilitas lainnya, yaitu EBITDA, turut meningkat signifikan 68 persen, menjadi Rp 430 miliar untuk periode yang sama.
Faktor Pendorong Keberhasilan
Menurut Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto, pertumbuhan positif ini tidak lepas dari strategi berkelanjutan yang dijalankan perusahaan. Salah satu fondasi utamanya adalah peremajaan kebun sawit (replanting) menggunakan bibit unggul, yang mampu meningkatkan produktivitas tanpa perlu memperluas lahan.
Andi menjelaskan bahwa, dengan bibit unggul yang telah disertifikasi, UNSP mampu menghasilkan hingga 10 ton CPO per hektar per tahun, setara dengan produksi buah sawit sekitar 40 ton per hektar per tahun, dengan rasio ekstraksi CPO sekitar 25 persen.
Di saat yang sama, UNSP memaksimalkan kapasitas pabriknya dengan melakukan pembelian tandan buah segar (TBS) dari petani yang tidak memiliki fasilitas pengolahan. Langkah ini tidak hanya memperkuat pasokan bahan baku, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
Harga CPO dunia juga menjadi faktor eksternal yang menguntungkan. Dalam setahun terakhir, harga rata-rata bulanan CPO (Crude Palm Oil) di pasar Rotterdam naik dari USD 1.019 per ton pada kuartal III 2024, menjadi USD 1.212 per ton pada kuartal III 2025.
Komitmen Lingkungan dan Keberlanjutan
UNSP tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga menegaskan komitmennya terhadap prinsip keberlanjutan (sustainability). Perusahaan mengikuti protokol ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), dan menerapkan kebijakan “zero-burning” dalam kegiatan perkebunan guna mencegah deforestasi dan kerusakan lingkungan.
Selain itu, UNSP mengintegrasikan aspek people & planet dalam operasionalnya: mensejahterakan petani, menerapkan prinsip zero-waste sesuai kerangka circular economy, dan menghindari deforestasi guna berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Riwayat Kinerja dan Lompatan Positif
Prestasi kuartal III 2025 ini menandai kelanjutan tren pemulihan dan efisiensi yang telah terlihat sebelumnya. Pada kuartal I 2025, misalnya, UNSP sempat mencatat laba operasi Rp 48 miliar, naik 392 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sebelumnya, di tahun 2024, UNSP juga berhasil mencetak laba bersih Rp 139 miliar, meningkat tajam hingga 431 persen dibanding 2023, meski penjualan sedikit menurun. Kinerja ini didukung oleh efisiensi biaya dan strategi produktivitas yang dijalankan perusahaan.
Prospek dan Tantangan ke Depan
Pencapaian laba operasi sebesar Rp 310 miliar di kuartal III 2025 menjadi momentum penting bagi UNSP. Namun, perusahaan tetap menghadapi sejumlah tantangan ke depan, antara lain:
- Volatilitas Harga CPO Global
Meski harga CPO saat ini menguntungkan, pasar komoditas memang sangat fluktuatif. Penurunan harga bisa menekan margin keuntungan. - Tekanan Biaya Produksi
Biaya operasional, termasuk tenaga kerja, pemeliharaan pabrik, serta distribusi, dapat meningkat dan menekan profitabilitas. - Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan
Komitmen terhadap keberlanjutan menuntut investasi terus-menerus dalam program replanting, sertifikasi, dan praktek ramah lingkungan. Hal ini bisa menjadi beban biaya jika tidak dikelola secara efisien. - Regulasi dan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan ekspor sawit, tarif pajak, dan regulasi ramah lingkungan dapat berubah sewaktu-waktu, mempengaruhi prospek bisnis.
Namun, dengan strategi yang sudah dijalankan mulai dari peremajaan kebun, pemanfaatan teknologi bibit unggul, hingga kolaborasi dengan petani lokal UNSP tampak berada di jalur yang tepat untuk menjaga daya saingnya di jangka panjang.










